Minggu, 07 Juli 2019

STRATEGI KOMPETITIF INTERNASIONAL


STRATEGI KOMPETITIF INTERNASIONAL

Tugas ini disusun untuk mata kuliah : Bisnis Internasional
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Hapzi Ali, Ir, CMA, MM, MPM

Disusun Oleh :
SEFTYA APRIYANI                        43117010395

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
JURUSAN MANAJEMEN

UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2019
STRATEGI KOMPETITIF INTERNASIONAL
Menjalankan bisnis internasional bukanlah tanpa resiko. Adanya ketidakpastian (uncertainty), perubahan memaksa pelaksana bisnis untuk ‘mempertanyakan’ asumsi mereka tentang bagaimanan kondisi lingkungan operasional perusahaan, termasuk membuat ‘skenario’ tentang potensi perkembangan perusahaan dimasa depan (351) baik dari segi internal maupun eksternal. Eksekutif harus menentukan prioritas mengenai faktor potensial mana yang harus digunakan untuk mencapai keuntungan. Oleh karena itu, pelaksana bisnis harus mengetahui tentang mengapa, bagaimana, dan dimana mereka harus mengharahkan potensi bisnisnya. Dengan kata lain, manajer harus mengetahui visi dan misi termasuk kekuatan dan kelemahan perusahaan dibanding kompetitornya (352) yakni dengan menerapkan ‘strategi internasional’.
Strategi internasional mengandung pemahaman mengenai bagaimana perusahaan membuat pilihan/prioritas dalam mengembangkan dan menggunakan sumber daya yang langka untuk memperoleh tujuan. Hal yang menjadi fokus adalah konsistensi, baik dari internal seperti produk maupun eksternal seperti persaingan kompetitif internasional. Perusahaan harus meraih dan mempertahankan posisi yang unik dan bernilai dalam persaingan internasional, yang dikenal dengan istilah ‘keuntungan kompetitif’ (353) . Keunggulan kompetitif dapat dimaknai dengan mencari ‘lahan kompetisi’ yang berbeda dari kompetitor atau berada pada lahan yang sama namun mengembangkan dengan cara berbeda. Keunggulan kompetitif dapat dicapai dengan mengembangkan kompetensi yang mampu (1) memiliki ‘nilai jual tinggi’ dimana pelanggan berkehendak untuk membayar lebih, (2) memiliki kompetensi berbeda dari kompetitor, (3) menciptakan produk yang sulit ditiru oleh perusahaan lain serta, (4) menciptakan manajemen yang mampu mengelola tiga kompetensi sebelumnya. Perusahaan harus berkompetisi dalam sumberdaya—waktu, talenta dan uang—terbatas sehingga manajer harus mampu menentukan pilihan dan menetapkan prioritas yang harus didahulukan serta hasil yang ingin dicapai sehingga mampu ‘menarik hati’ pelanggan, maksimalisasi keuntungan dan minimalisasi resiko kerugian. Oleh karena itu, perusahaan harus memiliki ‘rencana strategis global.’
Rencana strategis perlu dibuat untuk menanggapi situasi dalam negeri suatu negara—politik, ekonomi, sosial, teknologi, maupun aturan legal—dimana perusahaan dioperasionalkan serta situasi internasional yang kompleks dan dinamis (353). Adanya keinginan untuk menyamakan pemahaman tentang pentingnya strategi bisnis, asumsi dibalik strategi, tekanan eksternal hingga arah perusahaan dalam menentukan konsistensi. Rencana strategis menyediakan dasar yang sistematis dan terorganisir serta meningkatkan inovasi, mendorong perkembangan dan implementasi ide baru dalam meraih ‘sukses’ di arena kompetisi (354). Sebuah proses yang tidak hanya melibatkan pengalaman perusahaan dimasa lalu, melainkan meraih kesuksesan masa depan melalui langkah yang diambil saat ini.
Sebagai sebuah proses, perencanaan strategi global disusun secara  formal dimana manajer (1) menganalisa lingkungan domestik, internasional dan asing, (2) menganalisis variabel kontrol yang dimiliki oleh perusahaan, (3) mendefinisikan misi, visi dan pernyataan bernilai (value statement), (4) menentukan tujuan perusahaan, (5) mengukur tujuan, (6) memformulasikan strategi kompetitif dan (7) mempersiapkan taktik.
Pertama, perusahaan hanya memiliki kesempatan yang kecil dalam mengontrol perubahan yang terjadi baik dalam sistem internasional maupun dalam level domestik suatu negara. Perusahaan  tidak hanya perlu untuk tahu tekanan apa, tetapi juga dimana tekanan yang besar akan terjadi. Analisis mengenai kondisi domestik internasional dan asing, digunakan sebagai input informasi dalam perencanaan strategi. Misalnya, sebuah tatanan ekonomi baru dalam pertumbuhan dan kompetisi baru muncul seperti Cina dan India yang berkembang dari industri manufaktur yang menggunakan banyak buruh menuju industri dengan menggunakan bantuan mesin-mesin canggih. Oleh karena itu, perusahaan harus berpikir global namun harus tetap memahami konsekuensi lokal. Hanya perusahaan yang kompetitif yang mampu mendpatkan investor, pekerja dan stakeholer selama fenomena ini.
Langkah kedua yang harus perusahaan lakukan adalah menganalisis variabel kontrol yang dimiliki oleh perusahaan. Untuk mencapai produk yang bernilai maka perusahaan perlu membuat rantai produksi (chain production) dan melihat potensi yang dimiliki perusahaan dalam rantai produksi tersebut. Biasanya perusahaan akan mempertimbangkan lokasi produksi dan partner. Lokasi akan dipilih agar mengurangi biaya transportasi—dekat dengan pasar dan patner dibutuhkan untuk menciptakan integrasi rantai produksi dengan tujuan efektivitas dan efisiensi pengembangan. Selain itu, sumber daya yang perlu diperhatikan adalah pengetahuan (knowledge). Pengetahuan yang dimaksud meliputi kemampuan pekerja dan sistem, struktur dan rutinitas perusahaan (356). Pengetahuan menjadi dasar perusahaan melakukan aktivitas sehinga perlu adanya perluasan, misalnya dengan memfasilitasi individu untuk melakukan penelitian. Perusahaan juga harus melakukan manajemen supaya tidak mudah ditiru oleh perusahaan lain disamping melakukan transfer pengetahuan didalam dan diluar operasi perusahaan.
Ketiga, perusahaan harus menciptakan pernyataan misi, visi dan nilai (357). Pernyataan misi adalah tujuan keberadaan perusahaan tersebut termasuk didalamnya tujuan perusahaan dan cakupannya. Pernyataan visi adalah pemaparan mengenai posisi kedepan, harapan yang dibutuhkan serta penerapan strategi. Sedangkan pernyataan nilai berisi pemaparan mengengai nilai dasar, kepercayaan dan prioritas anggota perusahaan termasuk bagaimana tingkah laku internal maupun perilaku terhadap konsumer, pelanggan dan komunitas internasional. Misalnya, Unilever memiliki misi yakni, “setiap hari kita menemukan adanya kebutuhan akan nutrisi, kebersihan dan sentuhan pribadi dengan merek yang akan membantu masyarakat akan merasa lebih baik, lebih indah dan mendapat tambahan hidup” (358).
Langkah keempat adalah menetapkan tujuan. Tujuan menentukan aktivitas perusahaan, mempertahankan perusahaan dalam lingkaran misi dan memastikan eksistensi yang berkelanjutan. Misalnya, misi intel adalah “membahagiakan pelanggan, pekerja dan shareholder degan memberikan ‘stasiun’[komputer] (plaftorm) dan teknologi yang telah menjadi penting bagi kerja dan hidup kita.” Dan tujuannya adalah (1) memperluas pembuatan silikon dan ‘stasiun’ [komputer], (2) pembangunan inovasi untuk pembuatan stasiun [komputer] dan (3) membawa pertumbuhan dunia. Terlihat bahwa tujuan sangat menentukan aktivitas apa yang perusahaan akan operasionalkan (359).
Langkah kelima, perusahaan harus mampu mengukur tujuan. Pengukuran dilakukan tidak hanya kuantitatif namun kualitatif juga. Jika kuantitatif dapat diterjemahkan dengan omset perusahaan, pengukuran kualitatif agak sulit. Misalnya membawa pertumbuhan dunia merupakan tujuan dari intel yang masih harus dijabarkan lagi kedalam level yang lebih teknis dan operasional.
Langkah keenam yakni memformulasikan strategi kompetitif. Dalam mengembangkan strategi, perusahaan biasanya menghadapi dua tekanan yakni mengurangi harga dan beradaptasi dengan pasar lokal. Perusahaan harus melakukan reduksi harga supaya barang yang dihasilkan mampu diserap oleh pasar, dengan itu mampu berkompetisi. Disisi lain perusahaan juga harus merespon tekanan lokal untuk memodifikasi produk sesuai dengan selera lokal. Penyesuaian ini tentunya akan membutuhkan biaya yang lebih sehingga harga produk akan meningkat. Konsekuensi dari kedua tekanan inilah yang kemudian dijadikan dasar oleh manajer dalam memilih strategi kompetitif yang harus dipakai. Setidaknya terdapat empat jenis strategi kompetitif yang dihasilkan. Pertama, Home Replication Strategy  dimana perusahaan memusatkan produksinya di home country sehingga akan membutuhkan biaya yang lebih besar untuk menyebarkan produknya di host country (tidak mendapat tekanan untuk mengurangi harga). Perusahaan juga tidak mendapat tekanan lokal yang terlalu besar untuk beradaptasi terhadap selera lokal (361). Kedua, Multi domestik strategy hampir sama dengan strategi sebelumnya namun, mendapat tekanan yang besar dari lokal untuk memodifikasi produknya (362). Ketiga, Global Strategy, dimana perusahaan mendapatkan tekanan kuat untuk mengurangi harga dan mendapatkan tekanan yang terbatas dari lokal untuk memodifikasi produknya (363). Sementara yang keempat, Transnational Strategy dimana perusahaan mendapatkan tekanan yang kuat untuk mereduksi harga dan tekanan yang kuat pula untuk memodifikasi produk sesuai dengan keingin konsumen lokal (364).
Langkah terakhir adalah mempersiapkan taktik. Taktik diperlukan untuk mewujudkan detail mengenai bagaimana tujuan akan dicapai. Dengan kata lain, cara jangka pendek daam mencapai tujuan dengan detail yang mumpuni. Misalnya menyewa tiga representasi sales, menghadiri empat acara perdagangan dan mengiklankan dua industri secara teratur tahun depan (367).

Perusahaan International Menghadapi Bauran Pemasaran International
Dalam melakukan kegiatan bisnis internasional, suatu perusahaan perlu memperhatikan startegi bauran pemasaran atau marketing mixed yang berfungsi untuk mengatasi luasnya persaingan pasar yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam bisnis internasional. Dalam tulisan kali ini, penulis akan membahas lebih lanjut mengenai marketing mixed atau bauran pemasaran yang digunakan oleh perusahaan untuk mengatasi luasnya persaingan dan kompetisi dalam bisnis internasional.
            Marketing mixed atau bauran pemasaran merupakan suatu variabel dalam pasar yang dapat dikendalikan oleh suatu perusahaan untuk meningkatkan target penjualan produk milik perusahaan tersebut (Kottler & Amstrong, 2008). Perlu diketahui bahwa terdapat perbedaan dasar yang cukup signifikan antara penjualan dengan pemasaran.
Dalam hal ini, penjualan lebih berfokus pada apa yang dibutuhkan oleh penjual. Penjualan yang dilakukan oleh suatu perusahaan terhadap produk yang dimilikinya harus menggunakan beberapa metode atau strategi penjualan agar konsumen dapat tertarik terhadap produk yang ditawarkan oleh suatu perusahaan. Sedangkan pemasaran fokusnya lebih dibutuhkan oleh konsumen, dimana barang atau produk yang telah diproduksi oleh suatu perusahaan harus memiliki nilai kepuasan tersendiri dalam memenuhi kebutuhan bagi konsumen. Selain itu, suatu perusahaan juga dituntut untuk dapat menyesuaikan ketersedian produk yang dipasarkan agar permintaan kebutuhan barang yang diinginkan oleh masyarakat konsumen dapat terpenuhi dengan baik (Levitt, 1980).
            Marketing mixed atau bauran pemasaran memiliki empat variabel dasar yang biasa disebut dengan 4P, yakni product, price, promotion dan place. Dari keempat variabel tersebut penulis hanya akan membahas mengani dua variabel dasar yang ada pada bauran pemasaran, yakni product dan price. Variabel produk dalam suatu bauran pemasaran merupakan suatu komponen utama dalam suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan produk yang diproduksi oleh suatu perusahaan memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam mengembangkan bauran pemasaran dalam suatu perusahaan. Pengaruh kuat yang terdapat dalam variabel produk bauran pemasaran disebabkan karena suatu produk yang dipasarkan kepada konsumen memiliki nilai kepuasan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat atau konsumen itu sendiri. Selain itu, kualitas produk yang dimiliki oleh suatu perusahaan juga berpengaruh dalam hal promosi dan pendistribusian barang yang akan dilakukan oleh distributor pelaku dalam bisnis internasional (Shiffman & kanuk, 2000).
Lebih lanjut, didalam variabel produk terdapat pertimbangan khusus yang membuat suatu produk dapat diperjualkan dalam pasar. Pertimbangan khusus yang dimaksud memiliki hubungan dengan bentuk atau jenis barang yang ditawarkan oleh suatu perusahaan. Bentuk produk yang ditawarkan meliputi tiga macam, yakni produk tengible, intangible dan service. Dalam hal ini, produk tengiblemerupakan suatu produk atau barang yang memiliki bentuk fisik serta dapat dipegang secara langsung oleh konsumen. Contohnya dapat dilihat melalui produk makanan, produk minuman, produk kendaraan bermotor, baju, dan lain sebagainya. Lalu, produk intangible merupakan produk yang dapat dikatakan tidak memiliki bentuk fisik namun memiliki perantara dalam penggunaannya. Contoh dari produk intangible ini, yakni musik, video dan lain sebagainya. Sedangkan service, merupakan suatu produk yang memiliki pengertian hampir sama dengan produk intagible, namun produk service ini tidak dimiliki oleh konsumen yakni berupa jasa yang disediakan untuk membantu keperluan sehari-hari konsumen (Marketingmix.co.uk, t.t).
Selanjutnya, variabel kedua yang terdapat dalam bauran pemasaran adalah variabel harga. Harga juga merupakan suatu hal yang sangat penting bagi suatu produk yang ada dalam suatu perusahaan. Harga memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap faktor laku atau tidaknya suatu produk yang telah diproduksi oleh suatu perusahaan. Maka dari itu, diperlukannya pertimbangan yang cukup akurat untuk menentuan satuan harga yang ada dalam suatu produk agar persaingan harga yang ada dalam pasar tidak merugikan pihak produsen barang. Dalam pasar terdapat suatu istilah mahal dan murah, dimana kedua istilah tersebut mempengaruhi faktor terjualnya suatu produk. Namun sebenarnya, mahal atau murah suatu barang memiliki sifat yang relatif. Dapat dikatakan relatif karena diukur dari adanya pendapatan yang diperoleh konsumen, kualitas barang yang ditawarkan, serta karakteristik barang yang ditawarkan (Schiffman & Kanuki, 2000).


IMPLEMENTASI PADA SUATU PERUSAHAAN

Dalam rangka memperluas bisnisnya, banyak perusahaan akan masuk kedalam pasar negara lain. Masuknya suatu perusahaan kedalam pasar internasional (market entry) merupakan pertemuan juga pertentangan terhadap  penawaran dan juga permintaan masyarakat internasional. Keunggulan kompetitif  biaya, daya tarik produk, keuntungan dari pasar yang baru, dan keunggulan-kelunggulan lain merupakan daya tarik tersendiri bagi suatu perusahaan masuk kedalam pasar internasional.
Masuk pasar baru telah menjadi ujian tertinggi bagi kemampuan kompetitif. Perusahaan tidak lagi membuktikan kemampuannya dalam lahan  bisnis biasa, melainkan membuktikan kompetensinya dalam berinovasi. Dari tantangan-tantangan ini, banyak pihak mengembangkan strategi-strategi untuk sukses dalam memasuki pasar internasional.
Samsung adalah salah satu  perusahaan yang sukses dalam memasuki banyak pasar internasional. Perusahaan yang telah berdiri sejak 1938 sukses menjadi pemimpin pasar dalam untuk lebih dari 60 produk. Sepuluh tahun yang lalu, Samsung masih dikenal sebagai perusahaan yang memproduksi televisi dan microwave dengan harga murah. Bahkan saat krisis ekonomi yang melanda Asia termasuk Korea Selatan, Samsung hampir bangkrut. Namun sekarang Samsung adalah perusahaan paling dikenal dan paling dihormati oleh kalangan industri di seluruh dunia. Samsung termasuk dalam Top 20 brands versi majalah businessweek dan interbrand, melampaui peringkat rivalnya Sony. Samsung juga termasuk Top 20 Innovative Companies di dunia bersama-sama sejumlah merek terkemuka lainnya seperti Apple, Nokia, Toyota, GE, Microsoft, P&G, BMW, dan sebagainya.
Samsung sukses dalam memasuki pasar internasional bahkan tetap mampu dan unggul dalam persaingannya. Berdasarkan hal yang telah dijabarkan diatas,  penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam terhadap strategi-strategi bisnis internasional yang diterapkan Samsung.


DAFTAR PUSTAKA

Andreas Sugianto, STRATEGI BISNIS INTERNASIONAL (PT Samsung Electronics), https://www.academia.edu/13435361/STRATEGI_BISNIS_INTERNASIONAL_PT_Samsung_Electronics

Sistem Moneter Internasional dan Kekuatan Finansial

Sistem Moneter Internasional dan Kekuatan Finansial

Tugas ini disusun untuk mata kuliah : Bisnis Internasional
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Hapzi Ali, Ir, CMA, MM, MPM

Disusun Oleh :
SEFTYA APRIYANI                        43117010395

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
JURUSAN MANAJEMEN

UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2019
Pengertian Sistem Moneter Internasional
System moneter internasional adalah satu perangkat kebijakan, institusi,praktisi, regulasi, mekanisme yang menentukan tingkat dimana mata uang satu di tukarkan dengan mata uang yang lain.

Sejarah Sistem Moneter Internasional
Setiap Negara memiliki mata uang sendiri, dan mata uang itu menunjukan nilai barangnya. Namun, untuk perdagangan internasional, berbagai mata uang di dunia harus di ubah dari satu mata uang ke mata uang yang lain. Perubahan sistem moneter diakibatkan oleh gejolak ekonomi. Dengan mempelajari pengalaman historis akan dapat diperoleh gambaran timbulnya ketidakstabilan ekonomi serta proses penyesuaian neraca pembayaran internasional.
Moneter internasional dan sistem finansial memainkan peran sentral dalam ekonomi politik global. Sejak akhir abad 19, awal pembentukan sistem ini melalui berbagai transformasi dalam menganggapi perubahan kondisi politik dan ekonomi baik level domestik maupun internasional. Perubahan yang paling dramatik adalah krisis dalam pengintegrasian moneter internasional dan rezim internasional selama tahun-tahun interwar.
Transformasi kedua terjadi setelah Perang Dunia II ketika sistem Bretton Wood tengah berjalan. Sebab di tahun 1970an, periode perubahan di bawah sistem Bretton Wood terjadi perubahan dari standar pertukaran emas menjadi dolar Amerika dan komitmen terhadap kontrol kapital. Beragam perubahan ini memiliki konsekuensi politik yang cukup penting tentang siapa yang mendapatkan apa, kapan, dan bagaimana dalam ekonomi politik global.
Evolusi standar emas dan pemecahannya (1930)
Konsep dari standar emas adalah penguunaan mata uang emas sebagai media pertukaran, sebagai satuan perhitungan dan sebagai alat menyimpan bilai. Kegiatan ini sudah terjadi sejak zaman kuno. Namun fenomena volume perdagangan yang kian meningkat sejalan dengan bangkitnya revolusi industri mendorong adanya permintaan atas sarana yang lebih mudah untuk mendanai dan menyokong perdagangan internasional maka standar emas hadir guna mengatur dan mendorong pemerintah agar sepakat untuk menukar mata uang kertas mereka menjadi emas dengan suatu kurs yang tetap.
Sejak tahun 1880 Inggris, Jerman, jepang dan Amerika telah mengadopsi sistem standar Emas ini. Dengan berlakunya standar emas maka nilai dari setiap mata uang dalam satuan mata uang lainnya dapat ditentukan secara mudah sehingga dapat mengkatalisasi perdagangan internasional. Mulanya US$ 1 dihargai dengan 23,22 grain emas murni yang mana 1 ons emas sama dengan 480 grain emas. Dengan kata lain harga dari 1 ons emas adalah US $20,67. Sejumlah mata uang yang diperlukan untuk membeli satu ons emas disebut sebagai nilai pari emas.

Periode Perang Dunia 1914-1944
Standar emas hancur waktu perang dunia 1 pecah. Mata uang praktis ditetapkan atas dasar emas atau mata uang lainnya dengan longgar. Beberapa usaha kembali ke standar emas dilakukan sesudah perang dunia 1 berakhir.Emas hanya diperdagangkan dengan bank sentral, bukan pribadi. Kurs mata uang ditetapkan berdasarkan emas. Sesudah tahun 1934 dan sesudah perang dunia kedua, konvertibilitas mata uang yang bisa ditukarkan (konvertibel) dengan mata uang lainnya.

Periode Kurs Tetap
Periode ini dimulai dengan perjanjian Bretton Woods. Melalui perjanjian ini, semua negara menetapkan nilai tukar mata uangnya berdasarkan emas, tetapi tidak diharuskan memenuhi konvertibilitas mata uang mereka dalam emas.Negara anggota diminta menjaga kursnya dalam batas 1% (naik atau turun) dari nilai par, dan bersedia melakukan intervensi untuk menjaga kurs tersebut. IMF membantu negara anggotanya dalam rangka menjaga kurs mata uangnya.
Tekanan spekulasi menyebabkan sistem kurs tetap tidak layak lagi dipertahankan. Pasar keuangan dunia sempat tutup selama beberapa minggu pada bulan Maret 1973. Ketika pasar tersebut dibuka, kurs mata uang dibiarkan mengambang sampai ke kurs yang ditentukan oleh kekuatan pasar.

Post Bretton Woods (1973) - sekarang
Setelah kurs dibiarkan mengambang, fluktuasi kurs mata uang dunia menjadi semakin tinggi dan semakin sulit diprediksi. Kejadian penting pertama setelah Bretton Woods berakhir adalah embargo minyak negara OPEC yang cukup sukses (Oktober 1973). Pada tahun 1974 harga minyak cenderung melakukan kebijakan sangat tajam.
Kurs dollar dan juga kurs mata uang lainnya, di masa mendatang akan berfluktuasi sama seperti sekitar dua puluh tahun terakhir ini. Selama tidak ada patokan yang pasti, kurs mata uang di masa mendatang akan mengalami fluktuasi yang tidak bisa diprediksi.
Beberapa ekonom mulai menganjurkan kembali ke sistem kurs tetap. Tetapi sampai saat ini belum ada model yang ideal yang sesuai dengan kondisi saat ini, yang bisa menjamin stabilitas kurs. Sistem yang ideal akan mencakup dua hal :
1.      Sistem harus kredibel (bisa dipercaya)
2.      Sistem harus mempunyai mekanisme stabilitas harga yang otomatis (built in).

Dana Moneter Internasional
Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) adalah organisasi internasional yang bertanggungjawab dalam mengatur sistem finansial global dan menyediakan pinjaman kepada negara anggotanya untuk membantu masalah-masalah keseimbangan neraca keuangan masing-masing negara. Salah satu misinya adalah membantu negara-negara yang mengalami kesulitan ekonomi yang serius, dan sebagai imbalannya, negara tersebut diwajibkan melakukan kebijakan-kebijakan tertentu, misalnya privatisasi badan usaha milik negara. Setelah melalui pertimbangan panjang dan hati-hati, sebuah system moneter disepakati di Bretton Woods. Negara-negara anggota sepakat untuk mengontrol batas kurs mereka dengan cara yang sudah ditentukan. Menurut kesepakatan awal, kurs dibolehkan berfariasi sampai satu persen dibawah atau diatas par. Bila kurs suatu Negara mencapai atau mendekati salah satu batas, disebut ”titik pendukung arbitrase”, bank sentralnya mengintervensi pasar untuk mencegah kurs melewati batas itu. Inntervensi pasar mensyaratkan suatu Negara untuk mengakumulasi cadangan devisanya, yang terdiri dari emas dan mata uang asing, diatas kebutuhan perdagangan normal. Sebuah lembaga bernama Dana Moneter internasional IMF, didirikan di Bretton Woods untuk mengawasi system moneter yang baru disepakati. Ada beberapa hal yang telah dicapai dana moneter internasional. Misalnya, lembaga itu:
a.     Berhasil mempertahankan peningkatan yang cepat dari volume perdagangan dan investasi.
b.     Menunjukan flexibilitas dalam mengadaptasi perubahan-perubahan dalam perdagangan internasional.
c.     Semakin efisien (bahkan terjadi penurunan persentase cadangan devisa)
d.     Semakin tangguh (lembaga itu berhasil melewati masa krisis awal pada tahun 1971, mengatasi kegiatan spekulatif, dan bertahan dalam siklus bisnis yang bergejolak).
e.     Mendukung tumbuhnya kerja sama internasional.
f.      Membangun kapasitas untuk mengakomodasi reformasi dan perbaikan.

Sistem Penetapan Kurs Mata Uang
Mekanisme penentuan kurs bisa dikategorikan menjadi beberapa kelompok :
Free Float (Mengambang Bebas)
Berdasarkan sistem ini, kurs mata uang dibiarkan mengambang bebas tergantung kekuatan pasar. Beberapa faktor yang mempengaruhi kurs, misal inflasi, pertumbuhan ekonomi, inflasi akan digunakan oleh pasar dalam mengevaluasi kurs mata uang negara yang bersangkutan. Jika variable tersebut berubah, atau penghargaan terhadap variable tersebut berubah, kurs mata uang akan berubah. Sistem mengambang bebas juga disebut sebagai clean float.
Float yang dikelola (Managed Float)
Sistem mengambang bebas mempunyai kerugian karena ketidakpastian kurs cukup tinggi. Sistem float yang dikelola, yang sering disebut juga sebagai dirty float, dilakukan melalui campur tangan Bank Sentral yang cukup aktif.
Bank Sentral kemudian akan melakukan intervensi jika kurs yang terjadi di luar batasan yang telah ditetapkan. Beberapa bentuk intervensi :
Menstabilkan fluktuasi harian. Bank Sentral melakukan cara ini dengan tujuan menjaga stabilitas kurs agar perubahan kurs cukup teratur.
Menunda kurs (leaning against the wind).
Melalui cara ini bank sentral melakukan intervensi dengan tujuan mencegah atau mengurangi fluktuasi jangka pendek yang cukup tajam, yang diakibatkan oleh kejadian yang sifatnya sementara.
Kurs tetap secara tidak resmi (unofficial pegging).
Melalui cara ini Bank Sentral melawan kekuatan pasar dengan menetapkan (secara resmi) kurs mata uangnya.
Perjanjian Zona Target Tertentu
Melalui perjanjian ini, beberapa negara sepakat untuk menentukan kurs mata uangnya secara bersama dalam wilayah kurs tertentu. Jika kurs melewati batas atas atau batas bawah, Bank Sentral negara yang bersangkutan akan melakukan intervensi.

Cara Melakukan Transaksi Internasional
Dalam melakukan pembayaran transaksi ekonomi luar negeri, dapat digunakan beberapa cara, antara lain:
1.      Cash
Pembayaran dilakukan dengan menggunakan check/cheque atau bank draft, pada saat barang dikirim oleh eksportir atau sebelumnya. Cara ini sangat baik bagi eksportir yang keadaan keuangannya lemah dan belum kenal baik dengan importir.
2.      Open Account
Merupakan kebalikan dari cara cash, yaitu pembayaran dilakukan setelah beberapa waktu atau kebijaksanaan importir setelah barang dikirim kepada importir tanpa surat perintah pembayaran serta dokumen-dokumen.
3.      Commercial Bill of Exchange
Merupakan cara yang paling umum dipakai dan sering disebut draft atau trade bills, yaitu surat yang ditulis oleh penjual yang berisi perintah kepada pembeli untuk membayar sejumlah uang tertentu pada waktu tertentu di masa datang, yang biasanya disebut trade drafts. Jenis draft terdiri dari; clean draft dan documentary draft.
4.      Letter of Credit
L/C adalah suatu surat yang dikeluarkan oleh bank atas permintaan pembeli barang (importir) dimana bank tersebut yang menyetujui dan membayar wesel yang ditarik oleh penjual barang (eksportir). Dengan demikian L/C merupakan suatu alat pengganti kredit bank dan dapat menjamin pembayaran bagi eksportir. Pihak yang terkait dalam L/C adalah Opener (importir), Issuer (bank yang mengeluarkan L/C), Beneficiary atau penjual (eksportir), dan dalam prakteknya ada satu pihak lagi yaitu Confirming Bank, yaitu bank di negara eksportir.
5.      Private Compensation
Adalah penyelesaian pembayaran dengan kompensasi utang piutang tanpa perpindahan mata uang ke negara lain.

Kelemahan Sistem Moneter Internasional
Ketika sistem moneter internasional dikaitkan dengan emas, yang pada akhirnya menyebabkan saling ketergantungan di antara sistem mata uang sehingga menjadi jangkar bagi nilai tukar yang tetap (fixed exchange rate) dan menstabilkan inflasi. Ketika sistem Gold Standard hancur, fungsi yang bernilai ini tidak bertahan lama dan dunia terjebak dalam rezim inflasi yang terus menerus. Sistem moneter internasional saat ini tidak mengatur interdepensi (saling mengait) antara berbagai mata uang dan juga tidak menstabilkan harga. Alih-alih mengandalkan keseimbangan yang dihasilkan secara otomatis, AS terpaksa harus "menampar" mitra dagangnya yang mengancam layaknya musuh. Setelah revolusi di Eropa Timur dan hancurnya komunisme, kita tiba-tiba memiliki 10 negara baru yang masuk dalam sistem moneter internasional, (pecahan Uni Soviet) seluruhnya dengan mata uang yang baru atau kebutuhan baru terhadap kebijakan mata uangnya. Sistem moneter seperti apa yang seharusnya Michel Camdessus (Managing Director IMF saat itu) rekomendasikan kepada negeri-negeri baru itu? Jawabannya akan menjadi nyata sebelum tahun 1971 : masing-masing negara itu mesti menstabilkan mata uangnya terhadap Dollar AS atau terhadap salah satu mata uang yang stabil yang berhadapan dengan Dollar AS yang dikaitkan dengan emas.
Memperbaiki nilai tukar terhadap blok Dollar yang meliputi hampir seluruh ekonomi dunia, telah memberi negara-negara transisi baru yang relatif memiliki tingkat harga yang stabil di antara negara-negara barat. Sekarang saya ingin menunjukkan kontribusi amat penting oleh IMF di antara awal pendiriannya tahun 1946 dan 1971. Pada awal pendiriannyaIMF memberi negara-negara sebuah filosofi manajemen makro ekonomik yang logis berdasarkan nilai tukar tetap atau terkendali (fixed exchange rate). Kesepakatan yang luar biasa ini sekarang diserahkan kepada para pemimpin moneter domestik. Untuk meyakinkan, sebuah negara dapat memperbaiki mata uangnya terhadap salah satu mata uang utama seperti Dollar AS. Pada praktiknya, kebijakan seperti itu memerlukan aksi dari kepemimpinan yang kuat; rencana stabilisasi (inflasi) melibatkan nilai tukar tetap yang diterapkan di Argentina oleh Domingo Cavallo yang menggambarkan betapa jarang kualitas pemimpin sepertinya.
Dalam periode nilai tukar tetap sebelum 1971, kepemimpinan yang kuat tidak diperlukan sebab ada sebuah sistem dimana mayoritas negara mematuhinya dan IMF memiliki seperangkat aspek teknis untuk menerapkannya. Namun setelah tahun 1971 IMF kehilangan sentuhan tersebut ketika beralih dari nilai tukar tetap (terhadap emas) sebelum 1971 menjadi nilai tukar mengambang setelah 1971 dan khususnya setelah 1973, tahun dimana sistem moneter internasional membatalkan nilai tukar tetap beralih ke nilai tukar mengambang.
IMF kemudian bergeser tugasnya sebagai pusat sistem moneter internasional menjadi peran baru sebagai konsultan makroekonomi khusus dan pengawas utang (bahkan broker utang-pent), fungsi yang sebenarnya bisa diperankan dengan baik oleh konsultan swasta. Ketika tantangan dari negara-negara transisi muncul, IMF tidak memiliki sistem yang saling mengait untuk stabilitas moneter untuk menawarkan sistem yang baik dan hampir tanpa pengeculian seringkali konsep yang ditawarkan serampangan. Kegagalan negara transisi dibuktikan dengan fakta bahwa tidak satupun dari negara-negara tersebut di akhir 1996, mampu melampaui tingkat pendapatan sejak masa transisi bermula, dan hanya dengan satu atau dua pengecualian, inflasi kembali mencapai 2 digit. Perbaikan sejak akhir perang dingin sejauh ini lebih memburuk dibanding perbaikan di akhir sebagian besar perang dunia (I dan II) yang amat menghancurkan.
Sistem moneter internasional yang absolut di dunia saat ini tidaklah ada. Setiap negara memiliki sistemnya sendiri. Kebanyakan orang tidak mengerti bagaimana tidak biasanya (unusual) sistem ini. Selama ribuan tahun negara-negara telah mematok mata uang mereka terhadap salah satu logam mulia (emas atau perak) atau terhadap mata uang lain. Tetapi dalam seperempat abad terakhir sejak sistem moneter internasional (bretton woods) hancur, negara-negara mengadopsi sistem moneternya sendiri, fen omena yang tidak memiliki contoh sejarah dalam kerjasama antar negara yang dikenal sebagai sistem moneter internasional. Para ekonom mengetahui bahwa ketergantungan diantara sistem moneter internasional didukung oleh fakta bahwa keseimbangan neraca pembayaran (suatu negara) saling berhubungan satu sama lain. Apabila satu negara memiliki neraca perdagangan yang surplus maka negara-negara lain memiliki neraca perdagangan yang defisit. Jadi suatu negara bergerak menuju surplus atau defisit yang secara otomatis berpengaruh terhadap negara lain. Ini memiliki pengaruh di dalam sistem nilai tukar mata uang. Di dalam sebuah dunia dari n negara dengan n mata uang, ada n-1 nilai tukar yang independen. Setiap negara tidak dapat menetapkan nilai tukarnya. Akan ada banyak nilai tukar tetap di antara negara-negara. Ada satu derajat bebas (degree of freedom), yang membiarkan kenaikan terhadap apa yang para ekonom menyebutnya dengan (redundancy problem) masalah kelebihan . Aturan dimana tambahan derajat kebebasan untuk memelihara kestabilan harga, atau dalam kasus standar emas (gold standard) adalah memelihara atau menstabilkan harga emas.
Di atas kertas, pengumpulan data hampir 200 negara dengan mata uang tunggal dan nilai tukar mengambang akan menunjukkan hasil berupa kebingungan yang luar biasa. Dalam prakteknya, bagaimanapun juga, sistem ini tidaklah begitu buruk. Ada hubungan yang penting dalam struktur finansial dunia berkenaan dengan konfigurasi kekuatan dalam ekonomi dunia dan aturan khusus yang dijalankan oleh mata uang negara AS. Ketika suatu negara memiliki supereconomy, mata uangnya seringkali memenuhi banyak fungsi dari sebuah mata uang internasional, sebuah judul yang kita coba berangkat dari sini.
Negara yang Mengalami Kepailitan
Pada tahun 1970-an adalah waktu yang baik bagi bank untuk memberikan pinjaman kepada negara berkembang. Kondisi saat itu menggambarkan seakan negara tidak akan mengalami kepailitan. Kenyataan memperlihatkan “ sovereign debt ” (utang pemerintah negara berdaulat) menghantam bisnis internasional. Beberapa negara berkembang ternyata tidak mampu mengembalikan utangnya bahkan bunganya pun tidak terbayar. Krisis “ sovereign debt ” terjadi di Polandia pada tahun 1981, sedangkan di Meksiko, Brazilia dan Argentina terjadi tahun 1982. Penyebab bertambahnya utang negara berkembang yaitu melonjaknya harga minyak. Pada tahun 1973 – 1974 harga minyak mengalami kenaikan 4 kali lipat dan tahun 1979 – 1980 dinaikkan lagi 2 kali lipat. Kenaikan harga minyak ini mendorong meningkatnya inflasi yang kemudian ditambah lagi dengan terjadinya resesi dunia. Sementara itu, komoditi ekspor non migas negara berkembang menurun, sehingga menggoncang perekonomian dan kemampuan untuk membayar utang.
Tahun 1979 – 1980 harga minyak mulai naik lagi. Akan tetapi kenaikan harga tersebut diikuti dengan kenaikan suku bunga yang berpengaruh pada suku bunga pinjaman baru maupun sisa pinjaman yang pada umumnya digunakan suku bunga variabel. Negara berkembang menanggung biaya bunga sebesar AS$ 2,5 milliar/tahun untuk setiap kenaikan 1 persen suku bunga pinjaman AS$. Hal ini mengakibatkan naiknya nilai mata uang AS$. Negara berkembang pada umumnya meminjam uang dalam bentuk AS$ sehingga setiap kenaikan nilai mata uang AS$ menambah beban. Beban tersebut menjadi lebih berat karena pembayaran komoditi ekspor diterima dalam berbagai mata uang lain yang digunakan untuk membayar uatang dalam AS$.

Pemecahan Masalah Utang
IMF, BIS, bank-bank sentral nasional dan bank-bank komersial berusahan keras mengatasi masalah utang ini melalui berbagai cara, jangka pendek dan jangka panjang.
Pemecahan Jangka Pendek
Cara mengatasi masalah utang jangka pendek yaitu dengan melakukan penjadwalan ulang pembayaran utang agar negara penerima pinjaman dapat mengembalikan utangnya pada saat jatuh tempo, walaupun diperlukan negosiasi yang cukup alot.
Negara berkembang penerima pinjaman tidak dapat melaksanakan program-program kegiatannya secara fleksibel karena adanya tekanan dari IMF. Pertumbuhan ekonomi negara berkembang tertahan karena dana baru dari hasil ekspornya atau pinjaman yang digunakan untuk membayar utangnya, bukan melanjutkan programnya atau kegiatan produktif lainnya.
Negara berkembang dapat mengurangi utangnya dengan meningkatkan ekspornya agar diperoleh surplus neraca pembayaran. Namun hasil surplus tersebut sebagian digunakan untuk membayar utangnya, kemudian sebagian lagi untuk biaya impor dalam upaya peningkatan ekspor. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi negara berkembang sangat lamban dan bahkan terhenti. Negara berkembang memerlukan banyak dana untuk menggerakkan roda perekonomiannya, tapi jika memperoleh pinjaman juga akan memperberat beban utangnya. Negosiasi ulang utang biasanya terlebih dahulu diikuti dengan tindakan pengetatan agar dapat mendorong menurunnya standar kehidupan, pertumbuhan ekonomi dan ekpor. Kemudian, meningkatkan kesadaran akan pentingnya melakukan penyesuaian dan keterpaduan kebijaksanaan jangka pendek, karena permasalahan yang dihadapi negara berkembang tidak hanya masalah utang tetapi juga masalah ekonomi, budaya dan perilaku. Beberapa contoh kegagalan sovereign debt adalah Equador, Yunani, dan Mesir. Equador mengalami kegagalan membayar utangnya sejak tahun 1800 dan untuk memulihkan perekonomiannya diperlukan waktu 113 tahun. Yunani mengalami kegagalan membayar utangnya selama 87 tahun. Dua abad yang lalu negara-negara terkenal seperti Belanda, Austria, Jepang dan Cina juga pernah mengalami kegagalan memenuhi kewajibannya membayar utang luar negeri. Mesir yang gagal memenuhi kewajiban utang luar negeri tahun 1976, telah membelanjakan lebih banyak uang pinjamannya untuk penari balet dan semacamnya daripada untuk pekerjaan umum. Paris Club, kelompok pemberipinjaman negara Barat, memberikan ampunan berupa penghapusan separoh utang Polandia atau senilai AS$ 17,5 milliar. Sedangkan Amerika Serikat memberikan ampunan berupa penghapusan utang Mesir sebagai imbalan atas bantuan Mesir kepada Amerika Serikat pada saat perang melawan Irak. Pemberian bantuan ini didasarkan pada nilai kemanusiaan dan mendorong terciptanya reformasi ekonomi, sehingga membangkitkan kegiatan ekonomi yang sudah rapuh.

Pemecahan Jangka Panjang
Beberapa saran untuk memecahkan masalah utang jangka panjang adalah sebagai berikut:
1.      Negara penerima pinjaman hendaknya memanfaatkan dana pinjaman barunya untuk kegiatan yang mendorong pertumbuhan ekonomi daripada untuk keperluan yang bersifat konsumtif, capital flight , atau memenuhi ambisi pemeintah.
2.      Negara penerima pinjaman hendaknya membangun dana cadangan yang cukup untuk jangka pendek maupun jangka panjang sehingga mampu menjaga fluktuasi harga komoditi ekspor bila terjadi perubahan yang tidak diinginkan
3.      Negara maju harus terus berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan membuka pasarnya untuk barang ekspor dari negara berkembang melalui persaingan yang sehat.
4.      IMF dan negara pemberi pinjaman hendaknya tidak melakukan suatu tekanan kepada negara peminjam.
5.      IMF, Bank Dunia dan negara pemberi pinjaman hendaknya memberi pinjaman dalam jumlah yang cukup sehingga dapat digunakan untuk jangka panjang.
6.      Sebagian utang negara berkembang hendaknya diubah bentuknya menjadi bentuk equitas, sehingga mendorong timbulnya rasa memiliki atas proyek-proyek yang dilaksanakan. Sebagian utang lainnya hendaknya diperpanjang jatuh temponya dengan penerapan bunga ceiling.
7.      Negara berkembang hendaknya mengurangi larangan investasi asing
8.      Jangan menyalahkan satu pihak atas timbulnya krisis utang.



IMPLEMENTASI PADA SUATU PERUSAHAAN

Kasus Penetapan Standar Emas dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Dampak dari depresiasi rupiah terhadap Dollar ini amat dahsyat. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpuruk. Kebijakan otoritas moneter yang menerapkan kebijakan uang ketat (tigh money policy) untuk membendung pelemahan rupiah dengan menaikkan suka bunga memaksa bunga pinjaman naik. Akibatnya proyek-proyek terhenti dan sejumlah perusahaan-perusahaan gulung tikar. Dampak selanjutnya adalah terjadinya PHK besar-besaran. Harga sembako dan juga barang-barang lainnya meningkat tajam sehingga membuat rakyat semakin menderita (Yusanto, 2001: 3). Peristiwa yang lebih mutakhir adalah krisis keuangan yang melanda Argentina. Mata uang Argentina, Peso didevaluasi hingga lebih dari 100% dari Dollar AS yang menjadi patokan. Salah satu alasan utama kebijakan devaluasi ini adalah keputusan untuk menghentikan pematokan (pegging) peso terhadap Dollar AS, yang oleh IMF dianggap tidak lagi dapat dipertahankan. Kegagalan strategi pemerintah dan kekacauan tersebut telah mempengaruhi situasi negara-negara AS lainnya (Fredericks, 2004: 149). Dalam kondisi moneter yang tidak stabil dan menimbulkan penderitaan tersebut ternyata pihak spekulan menghadapi keadaan sebaliknya. Menurut Stiglizt (199: 2003) pukulan berat yang mengakibatkan real estate dan pasar saham Thailand mengalami gelembung (bubble) diakibatkan oleh uang spekulatif panas yang mengalir ke negara tersebut. Dan memang pada faktanya perubahan arah modal spekulatif ini merupakan akar pergerakan eksesif pada nilai tukar. Menurut Stiglizt (2003: 199) salah satu sumber keuntungan para spekulan adalah uang yang berasal dari pemerintah yang didukung oleh IMF. Sebagai contoh ketika IMF dan pemerintah Brazil mengeluarkan sekitar 50 miliar Dollar untuk menjaga nilai tukar yang berada pada level overvalued pada akhir 1998, uang tersebut seakan hilang ditelan angin. Namun pada faktanya uang tersebut sebagian besar mengalir ke kantong-kantong para spekulan.
Beberapa spekulan mungkin mengalami kerugian sementara yang lain untung namun secara umum para spekulanlah yang memperoleh seluruh uang yang diderita oleh pemerintah. Bahkan menurut Stiglizt (2003: 199) IMF-lah yang menjaga agar para spekulan tersebut tetap dapat berbisnis. Berdasarkan pemaparan di atas sangat wajar jika sejumlah kalangan mulai mempertanyakan faktor fundamental yang menjadi pemicu berbagai krisis tersebut. Mereka mulai mencari solusi alternatif yang dapat menstabilkan kondisi moneter dan keuangan baik yang bersifat domistik maupun yang bersifat internasional. Salah satu negara yang memberikan respon yang kuat dari instabilitas sektor moneter tersebut adalah Rusia. Pemerintah Rusia telah menyadari sifat spekulatif pasar uang dan ketidakstabilan yang diakibatkan oleh penetapan standar mata uang itu. Pada 10 Juli 2001 The Bank of Rusia yang merupakan Bank Sentral Rusia mengedarkan mata uang emas yang bernama Chervonet. Dengan demikian mata uang emas menjadi alat pembayaran yang sah. Diharapkan dalam jangka pendek orang-orang Rusia bersedia mengubah tabungan mereka dari mata uang Dollar menjadi mata uang Chervonet disamping Rubel yang saat ini beredar. Dalam jangka panjang Rusia juga diharapkan dapat membuat perubahan besar dalam kebijakan keuangan internasional di tengah kegalauan banyak negara yang berusaha melepaskan diri dari sistem keuangan dunia yang berporos pada kepentingan bangsa Anglo-AS (Frederick, 2004: 195). Bahkan pada perjanjian Mastrich bulan Februari 1992-dalam upaya untuk menciptakan mata uang tunggal pada tahun 1999-Bank Sentral Eropa yang merupakan peleburan dari bank-Bank Sentral negara-negara Eropa berupaya mengumpulkan 50 milyar Euro dalam bentuk emas dari seluruh negara-negara anggota sebagai cadangannya. Demikian pula halnya pada tanggal 1 Januari 1999. Dewan Pengawas Bank Sentral Eropa telah menetapkan bahwa 15% dari cadangan dasarnya yang mencapai 9,5 milyard Euro harus berbentuk emas (Salim, 2004). Keinginan sejumlah ekonom dan pejabat pemerintahan untuk kembali pada standar emas (gold standard) bukanlah tanpa alasan. Disamping dampak negatif yang telah diakibatkan oleh standar mata uang kertas (fiat money standard), motif tersebut juga dipicu oleh bukti historis kemampuan standar emas (gold standard) dalam menjaga stabilitas moneter selama lebih kurang 100 tahun hingga tahun 1914 ketika Perang Dunia I pecah. Pada masa tersebut standar emas telah mampu mewujudkan kestabilan moneter domostik maupun internasional serta mampu menciptakan perdamaian dan kesejahteraan dalam kurun waktu yang cukup panjang (Kimball, 2005). Inflasi yang menjadi masalah serius bagi otoritas moneter di rezim fiat money standard–pada masa tersebut dapat berjalan secara stabil. Hal ini karena rezim tersebut memiliki rezim moneter yang berjalan secarar otomatis yang dapat mengatur pergerakan supply money di suatu negara serta diawasi secara disiplin oleh otoritas moneter masing-masing negara. Dengan demikian faktor utama yang menjadi pemicu inflasi pada uang subtitusi sepenuhnya dapat dikendalikan (Herbener, 2002). Hal ini juga diakui oleh diakui oleh Frederik Hayek (1976) sebagaimana yang dikutip oleh Block (1999): “Secara signifikan hal tersebut hanya terjadi pada kejayaaan sistem industri modern dan selama standar emas yang berlangsung sekitas dua ratus tahun…pada masa itu harga-harga diakhir rezim tersebut tidak mengalami perubahan. Ia sama sebagaimana awalnya.” (Hayek, 1976:16) “Kecuali selama dua ratus tahun ketika standar emas diterapkan. Selain itu pemerintah sepanjang sejarah telah mengunakan kekeuatan eksklusif mereka untuk menipu dan mencuri harta rakyat.” (Hayek, 1976: 15) Disamping itu dengan adanya nilai tukar yang tetap antara mata uang suatu negara negara dengan negara lainnya menjadikan arus perdagangan dan investasi tumbuh dengan pesat. Hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Grenspan (1966) yang juga dikutip oleh Block (1999) : Ketika standar emas diterima sebagai alat pertukaran oleh sebagian besar negara, standar emas internasional yang bebas tanpa batas telah membantu percepatan pembagian tenaga kerja (devision of labour) dan perluasan perdagangan internasional. Meskipun alat-alat tukar (seperti Dollar, Pound, Franch, dll) berbeda antara satu negara dengan negara lainnya dan seluruhnya detetapkan nilainya dengan emas, namun selama masa tersebut tidak ada hambatan bagi perdagangan ataupun pergerakan modal (movement of capital).” Meski demikian harus diakui bahwa kondisi demografis, ekonomi, politik dan budaya serta perkembangan teknologi masyarakat saat ini telah mengalami perubahan yang signifikan dibandingkan masa tersebut. Namun setidaknya terdapat beberapa faktor fundamental yang dapat dikaji pada standar moneter tersebut dalam menciptakan stabilitas moneter dan keuangan dibandingkan dengan standar moneter lainnya termasuk standar mata uang kertas saat ini yang didominasi oleh Dollar.



            

KEKUATAN EKONOMI DAN SOSIEKONOMI


KEKUATAN EKONOMI DAN SOSIEKONOMI

Tugas ini disusun untuk mata kuliah : Bisnis Internasional
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Hapzi Ali, Ir, CMA, MM, MPM

Disusun Oleh :
SEFTYA APRIYANI                        43117010395

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
JURUSAN MANAJEMEN

UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2019
KEKUATAN EKONOMI DAN SOSIEKONOMI
Prediksi ekonomi di tingkat nasional dan internasional dalam dunia bisnis digunakan perusahaan untuk mengikuti perkembangan terakhir kondisi ekonomi dan juga untuk merencanakan masa depan perusahaan. Prediksi ekonomi tersebut diperoleh dari data-data yang relevan, seperti data dari Bank Dunia, IMF, Bank Sentral negara yang bersangkutan, dll. Tujuan dari analisis ekonomi adalah untuk menilai prediksi keseluruhan dari perekonomian dan kemudian menilai dampak dari perubahan ekonomi terhadap perusahaan. Contoh: Sebuah perusahaan meramalkan kenaikan dalam lapangan pekerjaan, ramalan ekonomi tersebut pertama akan memberikan dampak perubahan pada keputusan Manajer Personalia mengenai pengaruh atas tingkat upah dan pengaruh atas suplai tenaga kerja. Kedua, ramalan ekonomi tersebut akan mempengaruhi keputusan Manajer Pemasaran mengenai pengaruh atas penjualan yang kemudian hal tersebut akan mempengaruhi Manajer Keuangan dalam pengaruh perubahan penjualan atas arus kas dan juga akan mempengaruhi Manajer Produksi dalam pengaruh perubahan penjualan atas persyaratan mesin produksi, atas persyaratan tenaga kerja, dan atas persyaratan bahan baku.
Untuk mengestimasi potensi pasar dan juga untuk memberikan masukan kepada bidang-bidang fungsional lainnya di perusahaan, maka para manajer memerlukan data mengenai ukuran dan tingkat perubahan dari sejumlah faktor-faktor ekonomi dan sosioekonomi. Data sosioekonomi memberikan informasi mengenai jumlah penduduk, sedangkan dimensi ekonomi menceritakan apakah penduduk tersebut memiliki daya beli.

DIMENSI-DIMENSI EKONOMI
Dimensi-dimensi ekonomi yang lebih penting untuk dianalisis sebagai bahan estimasi potensi pasar yaitu Pendapatan Nasional Bruto, distribusi pendapatan, pengeluaran konsumsi individu, investasi swasta, biaya tenaga kerja per unit, kurs, tingkat inflasi dan suku bunga.
a.     Pendapatan Nasional Bruto (PNB).
Pendapatan Nasional Bruto (Gross National Income-GNI) merupakan penjumlahan dari seluruh barang dan jasa final yang dihasilkan oleh penduduk di suatu negara. Sedangkan yang dimaksud dengan Produk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai total seluruh barang dan jasa yang diproduksi secara domestik (tidak termasuk pendapatan faktor luar negeri bersih). Data dari PNB atau PDB merupakan langkah awal dalam mengestimasi potensi pasar, untuk membandingkan daya beli dari berbagai negara, para manajer perlu mengetahui dengan berapa banyak orang PNB atau PDB tersebut dibagi di suatu negara.
b.     PNB/Kapita
Dengan membagi jumlah PNB suatu negara dengan jumlah penduduk negara tersebut, maka akan didapatkan PNB/kapita. Namun untuk memperoleh daya beli yang sebenarnya dari suatu negara, maka harus menggunakan Paritas Daya Beli (Purchasing Power Parity-PPP) untuk memperoleh kurs yang menyetarakan daya beli dari suatu negara. Pada umumnya dapat diasumsikan bahwa semakin tinggi nilai PNB/kapita suatu negara, maka semakin maju perekonomian negara tersebut. PNB/kapita merupakan estimasi kasar pertama atas daya beli yang harus dimurnikan dengan memasukan data mengenai bagaimana pendapatan nasional itu didistribusikan secara aktual.
c.     Distribusi Pendapatan
Distribusi pendapatan adalah ukuran bagaimana pendapatan suatu negara terbagi di antara penduduknya yang biasanya dinyatakan dalam persentase. Data tentang distribusi pendapatan dihimpun oleh Bank Dunia dari sejumlah sumber dan diterbitkan setiap tahun dalam World Development Indicators. Data tersebut memberikan wawasan yang berguna bagi para pelaku bisnis, seperti misalnya (1) pendapatan lebih terdistribusi secara merata di negara-negara yang lebih maju, (2) dari perbandingan selama kurun waktu tertentu tampak bahwa redistribusi pendapatan berjalan sangat lambat sehingga data yang lebih lama masih bermanfaat, dan (3) kesenjangan pendapatan meningkat pada tahap awal pembangunan di suatu negara. Pada umumnya distibusi pendapatan yang kurang merata mengindikasikan bahwa terdapat sekelompok orang yang merupakan pelanggan potensial untuk produk-produk mewah, di pihak lain terdapat pasar untuk barang-barang dengan harga rendah.
d.     Konsumsi Perorangan
Salah satu yang menjadi perhatian agen pemasaran adalah bagaimana para konsumen mengalokasikan pendapatan bersih (setelah dikurangi pajak) terhadap pembelian atas barang kebutuhan pokok dan nonpokok. Selain penting bagi agen pemasaran, hal tersebut juga penting bagi produsen barang-barang pokok, sedangkan produsen barang-barang nonpokok lebih tertarik dengan besarnya pendapatan diskresioner, yaitu jumlah pendapatan bersih yang tersisa setelah membeli kebutuhan pokok. Data ini digunakan agen pemasaran untuk menganalisis bagaimana komposisi konsumsi berubah dengan tingkat pembangunan. Misalnya, persentase belanja kebutuhan pokok (makanan & pakaian) para penduduk di negara berkembang lebih besar daripada di negara maju, sedangkan persentase belanja kebutuhan nonpokok (transportasi, komunikasi, jasa, dll) para penduduk di negara maju lebih besar daripada di negara berkembang.
e.     Biaya Tenaga Kerja per Unit
Biaya tenaga kerja per unit adalah total biaya tenaga kerja langsung dibagi dengan unit yang diproduksi. Negara-negara dengan biaya tenaga kerja per unit yang meningkat secara lambat menarik perhatian perusahaan karena dua alasan. Pertama, negara-negara tersebut merupakan prospek investasi bagi perusahaan yang berusaha menurunkan biaya produksi. Kedua, negara-negara tersebut mungkin menjadi sumber persaingan baru di pasar dunia bila banyak perusahaan dalam industry yang sama telah berlokasi disana. Terdapat tiga faktor dalam perubahan biaya tenaga kerja, (1) kompensasi, (2) produktivitas, dan (3) perubahan kurs.
f.      Dimensi Ekonomi yang Lain (Utang Luar Negeri)
Utang luar negeri yang besar mungkin mengindikasikan bahwa pemerintah akan memberlakukan pengendalian devisa atas dunia usaha di negerinya. Apabila sebagian besar dari penerimaan ekspor negara itu digunakan untuk membayar utang luar negeri, maka hanya sedikit yang tersisa yang bisa digunakan oleh produsen untuk membayar impor bahan baku, maka produsen harus membuat bahan baku itu sendiri atau berhenti memproduksi. Hal tersebut dapat membuat perusahaan multinasional kehilangan penjualannya.

DIMENSI-DIMENSI SOSIOEKONOMI
Dimensi yang lengkap mengenai potensi pasar juga harus mencakup informasi rinci mengenai atribut-atribut fisik populasi sebagaimana diukur dengan dimensi sosioekonomi.
a.     Populasi Total
Populasi total merupakan indikator paling umum mengenai ukuran pasar potensial, namun bukan merupakan indikator satu-satunya dalam mengestimasi pasar potensial. Pada umumnya negara maju memiliki penduduk kurang dari 10 juta jiwa, angka tersebut jauh lebih kecil dibandingkan jumlah penduduk di negara berkembang, namun tidak berarti bahwa negara maju bukan merupakan pasar potensial. Hanya untuk beberapa produk yang murah dan dikonsumsi secara massal saja ukuran populasi dapat menjadi dasar yang cukup kuat untuk mengestimasi konsumsi, namun hal itu tidak berlaku bagi produk yang tidak termasuk dalam kategori di atas.
b.     Distribusi Umur
Karena hanya sedikit produk yang dibeli oleh setiap orang, maka para agen pemasaran harus mengidentifikasikan segmen-segmen dari populasi yang lebih mungkin akan membeli barang-barang mereka. Pada umumnya, tingkat kelahiran dan kesuburan di negara berkembang lebih tinggi dari negara maju, hal tersebut menyebabkan adanya perbedaan distribusi umur di antara keduanya dimana negera berkembang memiliki lebih banyak penduduk berusia muda. Bagi para pelaku bisnis hal ini berarti di negara maju akan ada penurunan dalam permintaan terhadap produk-produk yang dibeli oleh dan untuk anak-anak, tetapi peningkatan dalam permintaan akan produk-produk perawatan medis, pariwisata, dan jasa-jasa keuangan. Perusahaan-perusahaan di negara maju yang menghadapi penurunan permintaan akan produk-produk mereka harus mencari kenaikan penjualan di negara berkembang, dimana distribusi umur adalah sebaliknya.
c.     Penurunan Tingkat Kelahiran di Negara-negara Maju
Penurunan tingkat kelahiran di negara maju menimbulkan keprihatinan tersendiri. Sebagai contoh, penurunan tingkat kelahiran di Eropa karena semakin banyak pemuda Eropa yang tidak menikah, atau yang menikah terlambat dan memiliki sedikit anak. Pada tahun 2025 diprediksikan pemerintah negara-negara Eropa harus menyediakan perawatan kesehatan dan pensiun untuk 22% penduduknya yang akan berusia di atas 65 tahun, dan akan terdapat lebih sedikit wajib pajak yang bekerja. Namun, di negara-negara berkembang hal sebaliknya yang terjadi. Tingkat kelahiran yang lebih tinggi mengakibatkan banyaknya penduduk berusia muda, dan ini mengurangi rasio ketergantungan bagi para pekerja.
d.     Kepadatan dan Distribusi Penduduk
Kepadatan penduduk adalah suatu ukuran jumlah penduduk per unit wilaya (per kmatau mil2). Negara-negara berpenduduk padat cenderung membuat distribusi dan komunikasi produk menjadi lebih sederhana dan lebih murah dibandingkan dengan di negara-negara yang kepadatan penduduknya rendah. Namun perkiraan tersebut harus didukung dengan bagaimana penduduk terdistribusikan. Distribusi penduduk adalah suatu ukuran mengenai bagaimana penduduk terdistribusi dari pedesaan sampai ke perkotaan. Hal yang dapat mengubah distribusi penduduk adalah perpindahan dari desa ke kota, hal ini banyak terjadi di negara berkembang karena orang pindah ke perkotaan untuk mencari upah yang lebih tinggi dan hidup yang relatif lebih nyaman. Perpindahan ini sangat penting bagi para agen pemasaran, karena penduduk kota yang kurang mampu memenuhi kebutuhannya sendiri dibandingkan dengan orang-orang yang tinggal di kawasan pedesaan, harus memasuki perekonomian pasar.
e.     Dimensi Sosioekonomi yang Lain (Jumlah Wanita yang Bekerja & Tingkat Perceraian)
Kenaikan jumlah wanita yang bekerja merupakan informasi yang penting bagi para agen pemasaran, karena hal tersebut dapat menghasilkan pendapatan keluarga yang lebih besar dan pasar yang lebih besar. Para manajer personalia juga membutuhkan informasi ini, karena hal tersebut mengakibatkan pasokan tenaga kerja yang lebih besar dan perubahan fasilitas karyawan. Selain jumlah wanita yang bekerja, tingkat perceraian juga dibutuhkan agen pemasaran untuk waspada terhadap formasi keluarga dengan orang tua lengkap dan orang tua tunggal. Kedua formasi tersebut memiliki kebutuhan akan produk dan kebiasaan membeli yang berbeda.


IMPLEMENTASI PADA SUATU PERUSAHAAN

Kesepakatan ASEAN-China Free Trade Area – yang dimulai awal tahun 2010 – merupakan sebuah kebijakan yang strategis. Dari kesepakatan tersebut bisa lahir kebijakan fiskal bersama, seperti yang dilakukan Uni Eropa setelah melalui beberapa proses integrasi ekonomi. Namun, tidak menutup kemungkinan kesatuan kebijakan tersebut akan mengarah kepada integrasi regional yang lebih menyeluruh, termasuk politik. David Mitrany menyebut proses tersebut dengan ramifikasi.[1] Uni Eropa memulainya dengan kerjasama batubara dan baja (European Coal and Steel Community). Kerjasama itu kemudian mengalami ramifikasi – atau istilah Ernst Haas spill over – sampai saat ini telah menciptakan mata uang bersama. Jika mengacu pada Mitrany, tentunya ACFTA akan berdampak positif bagi perekonomian maupun keamanan Asia Tenggara. Dalam bidang perekonomian, terjalinnya ACFTA akan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat. Hingga 2005 ASEAN menjadi mitra kerjasama kelima terbesar bagi China. Nilai investasi ASEAN ke China sebesar 28 persen sejak tahun 1991 sampai 2001. Sedangkan investasi China ke ASEAN sebesar 7,7 persen dari seluruh investasi China ke luar negeri.[2] Nilai invenstasi China ke ASEAN yang relatif kecil sebenarnya seimbang dengan besarnya nilai investasi ASEAN ke China. China sendiri merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. Hal tersebut merupakan potensi pasar yang sangat besar bagi negara-negara Asia Tenggara. Kerjasama ACFTA – selain memunculkan interdependensi – juga akan menjadikan China sebagai negara hegemon di kawasan. Hal itu bisa dilihat dari perekonomian yang terus melesat mengejar Amerika Serikat dalam satu dekade terakhir. Bank Dunia memprediksi,[3] Cina akan menjadi kekuatan ekonomi terbesar mengalahkan AS, 25 tahun yang akan datang.[4] Dan yang lebih mengagetkan, tujuh dari lima belas ekonomi dunia akan berasal dari kawasan Asia. Tentunya prediksi semacam ini akan menimbulkan dampak yang sangat positif bagi negara-negara Asia Tenggara. Absennya AS di kawasan Asia Tenggara merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kedekatan China dengan negara-negara Asia Tenggara. Permasalahan keamanan yang pernah membuat hubungan China dan beberapa negara Asia Tenggara tegang di masa-masa Perang Dingin, kini telah mencair. Begitu juga dengan permasalahan sengketa wilayah di Laut China Selatan. Sengketa klaim kepemilikan kepulauan Paracel di Laut China Selatan antara China, Filipina dan juga Vietnam juga dapat diredam sangat baik, dengan dibentuknya kerjasama untuk mencari cadangan minyak bersama di wilayah itu.[5] Kesepakatan tersebut tentunya sangat positif, mengingat sengketa wilayah Laut China Selatan telah berlangsung secara terbuka pada tahun 1996. Pada tahun tersebut terjadi aksi tembak menembak antara angkatan laut China dan Filipina di dekat pulau Capones. Peristiwa tersebut terjadi beberapa kali sampai tahun 1999. Kerjasama-kerjasama tersebut nampaknya menjadi semakin bermakna, ketika memasuki abad 21, China giat mengembangkan kemampuan soft power-nya. Hard power – seperti ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi dan pertahanan – yang dimiliki oleh China tidak perlu diragukan lagi. Saat ini soft power China yang berbasis pada budaya, filosofi-filosofi tradisional, dan lain sebagainya,[6] semakin diminati oleh negara-negara di Asia Tenggara. Joseph Nye mengatakan, soft power adalah “kemampuan untuk mendapatkan apa yang diinginkan melalui ketertarikan (attraction) daripada paksaan atau bayaran.[7] Salah satu perbedaan mendasar antara hard dan soft power terletak pada medianya. Jika soft power menggunakan budaya sebagai media untuk menarik negara – atau aktor – lain, hard power menggunakan ancaman, paksaan atau hukuman (sticks and carrots). Soft power itu ditandai dengan kesuksesan China meyakinkan negara-negara di Asia Tenggara terhadap kebijakan good neighbourly relations.[8] Selain itu, keaktivan China dalam upaya menjaga perdamaian dunia, melalui PBB, ASEAN Regional Forum atau Shanghai Cooperation Organization (SCO), juga memberi nilai tersendiri bagi China.


DAFTAR PUSTAKA

Jackgankz, Analisis Kasus Bisnis Internasional, https://jackgankz.wordpress.com/2012/01/01/analisis-kasus-bisnis-internasional/ , 01 Januari 2012