KEKUATAN SOSIOKULTURAL
Tugas
ini disusun untuk mata kuliah : Bisnis Internasional
Dosen
Pengampu : Prof. Dr. Hapzi Ali, Ir, CMA, MM, MPM

Disusun Oleh :
SEFTYA
APRIYANI 43117010395
FAKULTAS
EKONOMI & BISNIS
JURUSAN MANAJEMEN
JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2019
JAKARTA
2019
Kekuatan-Kekuatan Sosiokultural
Kebudayaan adalah
Keseluruhan kepercayaan, aturan, teknik, kelembagaan, dan barang-barang
perkakas buatan manusia yang mencirikan penduduk manusia. Apabila orang-orang
bekerja di dalam masyarakat dan budaya yang berbeda dari budaya mereka sendiri,
masalah-masalah yang mereka hadapi berhubungan dengan seperangkat budaya akan
lebih diperumit oleh sejumlah perangkat budaya yang mereka temukan dalam
tiap-tiap pasar luar negerinya.
Sayangnya
terlalu sering terjadi orang yang akrab hanya dengan satu pola budaya mungkin
percaya bahwa mereka mempunyai kesadaran terhadap perbedaan budaya di tempat
lain, padahal sebenarnya tidak demikian. Kecuali mereka memiliki kesempatan
untuk melakukan perbandingan-perbandingan dengan budaya-budaya lain, mereka
barangkali bahkan tidak sadar pentingnya ciri-ciri budayanya sendiri. Mereka
juga mungkin tidak mengetahui kenyataan bahwa banyak masyarakat menganggap
budayanya sendiri lebih unggul daripada semua budaya lainnya (etnosentrisitas).
E.T.
Hall, seorang ahli antropologi terkenal, menyatakan bahwa untuk mempelajari
karakteristik budaya-budaya sehingga dapat beradaptasi dengannya dapat dicapai
hanya dengan dua cara: (1) menghabiskan seumur hidup di sebuah negara atau (2)
menjalani suatu program pelatihan yang sangat canggih dan ekstensif yang
mencakup karakteristik-karakteristik utama dari sebuah budaya, termasuk bahasa.
Program dimaksud harus lebih dari sekedar penjelasan singkat mengenai
kebiasaan/adat istiadat sebuah negeri, tetapi hendaknya merupakan studi
mengenai apakah budaya itu dan apa yang dilakukannya, membedakan beberapa
pengetahuan dari berbagai cara di mana perilaku manusia telah dilembagakan
dalam sebuah negeri.
Budaya
Mempengaruhi Semua Fungsi Bisnis
Pemasaran.
Dalam pemasaran misalnya, beraneka ragam sikap dan nilai menghambat banyak
perusahaan untuk menggunakan bauran pemasaran yang sama di semua pasar.
Manajemen
sumber daya manusia. Budaya nasional juga merupakan kunci yang menentukan untuk
mengevaluasi para manajer. Di Amerika Serikat, umumnya keberhasilan merupakan
kriteria bagi pemilihan dan promosi para eksekutif, tetapi di Inggris, seorang
manajer umum (general manager) Amerika mengeluh karena orang-orang dipromosikan
dengan mempertimbangkan sekolah yang telah diselesaikannya dan latar belakang
keluarga mereka tetapi bukan karena keberhasilannya.
Produksi
dan Keuangan. Permasalahan yang dapat timbul pada bagian kepegawaian karena
perbedaan sikap terhadap penguasa, merupakan variabel sosiokultural yang lain.
Orang-orang Amerika Latin secara tradisional telah menganggap manajer
sebagai patron (guru), tokoh otokratis yang bertanggung jawab
atas kesejahteraan mereka. Ketika para manajer Amerika yang terbiasa dengan
gaya kepemimpinan partisipatif dipindahkan ke Amerika Latin, mereka harus
menjadi lebih otoriter, jika tidak, karyawan-karyawannya akan menganggapnya
lemah dan tidak mampu, lalu mereka akan menghadapi kesulitan serius agar
perintah-perintahnya dilaksanakan. Para manajer produksi menemukan bahwa sikap
terhadap perubahan dapat berpengaruh serius terhadap penerimaan metode produksi
baru; bahkan para bendaharawan mengetahui ampuhnya kekuatan sosiokultural.
Ketika mengadakan pendekatan kepada bank-bank lokal, dengan dibekali neraca
lajur yang bagus sekali, akhirnya mengetahui bahwa bank-bank itu lebih
mementingkan siapa mereka daripada berapa kuat perusahaan mereka. Salah satu
alasan timbulnya permasalahan keuangan Disney di Paris adalah sikap arogan dan
tidak sensitif dari para eksekutif Disney terhadap budaya bisnis Eropa.
Unsur-unsur
Sosiokultural terdiri dari:
·
Estetika
·
Sikap dan Kepercayaan
·
Agama
·
Budaya material
·
Pendidikan
·
Bahasa
·
Organisasi kemasyarakatan
·
Karakteristik hukum
·
Struktur politik
Estetika
Estetika
berkaitan dengan rasa keindahan, budaya dan selera yang baik dan diungkapkan
dalam seni, drama, musik, cerita rakyat dan tari-tariannya.
Sikap
dan Kepercayaan
Setiap
budaya memiliki seperangkat sikap-sikap dan kepercayaan yang mempengaruhi
hampir seluruh perilaku manusia dan membantu membawa ketertiban kepada
masyarakat dan individu-individunya. Semakin banyak yang dapat dipelajari para
manajer tentang sikap-sikap kunci tertentu, semakin siap mereka untuk memahami
mengapa orang-orang berperilaku seperti yang mereka perbuat, utamanya ketika reaksi-reaksi
mereka berbeda dari harapan seperti yang telah dipelajari para manajer itu
dalam berurusan dengan masyarakatnya sendiri.
Agama
Agama,
sebuah unsur kebudayaan yang penting, bertanggung jawab atas berbagai sikap
kepercayaan yang mempengaruhi perilaku manusia. Suatu pengetahuan mengenai
prinsip-prinsip dasar beberapa agama besar akan memberikan pemahaman yang lebih
baik mengapa sikap orang-orang begitu jauh berbeda dari satu negara ke negara
lain. Etika kerja Protestan dan Konfusius adalah untuk memuliakan Tuhan dengan
bekerja keras dan mempraktikkan prinsip-prinsip.
Kebudayaan
material
Kebudayaan
material merujuk kepada semua obyek buatan manusia dan berhubungan dengan
bagaimana orang membuat benda-benda (teknologi) dan siapa membuat apa dan
mengapa (ilmu ekonomi).
·
Teknologi. Teknologi
suatu masyarakat adalah bauran pengetahuan yang dapat digunakan yang diterapkan
masyarakat dan diarahkan kepada pencapaian tujuan-tujuan ekonomi dan budaya; Ia
ada dalam beberapa bentuk di setiap organisasi budaya.
·
Dualisme teknologi. Adanya
teknologi maju dan teknologi primitif dalam sistem produksi yang digunakan
secara berdampingan.
·
Teknologi tepat guna. Teknologi
(maju, menengah atau primitif) yang paling cocok dengan masyarakat yang
menggunakannya.
·
Efek bumerang. Apabila
teknologi yang dijual kepada perusahaan-perusahaan di negara lain digunakan
untuk memproduksi barang-barang yang menyaingi barang-barang dari penjual
teknologi itu.
Pendidikan
Meskipun
pendidikan dalam artian yang paling luas dapat dianggap sebagai bagian dari
proses belajar yang memperlengkapi seorang individu untuk mengambil tempatnya
di dalam masyarakat dewasa, hampir setiap orang di budaya Euramerican (orang
Eropa dan Amerika) menyamakan pendidikan dengan sekolah formal.
·
Brain drain. Perpindahan
tenaga-tenaga profesional berpendidikan tinggi ke negara lain.
·
Reverse brain drain. Kembalinya
tenaga-tenaga profesional berpendidikan tinggi ke negara asalnya.
Bahasa
Barangkali
perbedaan budaya yang paling kentara dipahami oleh pendatang baru dalam bisnis
internasional adalah dalam cara berkomunikasi.
·
Bahasa percakapan. Bahasa
adalah kunci bagi kebudayaan, dan tanpa bahasa orang menemukan dirinya
terisolasi dari semua hal, kecuali lingkaran budaya.
·
Bahasa menggambarkan budaya. Bahasa-bahasa
yang diucapkan memisahkan budaya persis seperti hambatan-hambatan fisik.
·
Bahasa asing. Ketika
banyak bahasa yang diucapkan terdapat dalam sebuah negara ( India dan banyak
bangsa-bangsa Afrika), bahasa asing biasanya berlaku sebagai kendaraan utama
untuk komunikasi lintas budaya.
Organisasi
Kemasyarakatan
Setiap
masyarakat memiliki suatu struktur atau organisasi yang pengaturan
hubungan-hubungannya yang terpola mendefinisikan dan mengatur cara
anggota-anggotanya berhubungan satu sama lain.
·
Pertalian keluarga. Keluarga
adalah satuan dasar kelembagaan yang berdasarnya pertalian keluarga. Tidak
seperti keluarga Amerika, yang pada umumnya terdiri atas orang tua dan
anak-anak mereka, keluarga-keluarga di banyak negara - terutama di negara berkembang
- diperluas dengan memasukkan seluruh famili berdasarkan darah dan berdasarkan
perkawinan.
·
Keluarga besar. Termasuk
keluarga sedarah dan keluarga karena hubungan perkawinan. Untuk perusahaan di
luar negeri, keluarga besar (extended family) adalah sumber karyawan-karyawan
dan koneksi bisnis. Kepercayaan bahwa orang menempatkan famili-famili mereka,
walaupun jauh, bisa memotivasinya untuk membeli dari sebuah pemasok yang
dimiliki oleh keponakan dari keponakannya, meskipun harganya lebih tinggi.
·
Tanggung jawab anggota. Meskipun
keluarga besar adalah luas, rasa tanggung jawab setiap anggota terhadapnya
adalah kuat. Inisiatif pribadi untuk bekerja berkurang ketika ia mungkin
diminta untuk membagi penerimaan pribadinya dengan anggota keluarga besar yang
tidak bekerja, tidak peduli apa pertalian keluarganya.
·
Asosiasi. Unit-unit
sosial yang tidak berdasarkan hubungan keluarga, dikenal sebagai asosiasi oleh
para ahli antropologi, bisa dibentuk berdasarkan umur, jenis kelamin atau minat
yang sama.
·
Umur/usia. Para
pabrikan barang-barang konsumen cukup sadar mengenai pentingnya membuat
segmentasi pasar berdasarkan kelompok umur, yang sering kali mengabaikan
budaya. Kenyataan ini telah memungkinkan para pemasar berhasil menjual
produk-produk seperti pakaian dan rekaman pasar muda-mudi baik di negara maju
maupun berkembang.
·
Gender. Pada
umumnya, negara-negara yang kurang maju kurang memiliki persamaan gender dalam
hal kesempatan kerja dan pendidikan. Meskipun dewasa ini, Cina menawarkan
ucapan selamat hanya atas kelahiran seorang anak; kelahiran anak perempuan
mengakibatkan perasaan duka.
IMPLEMENTASI PADA SUATU PERUSAHAAN
P&G
melaunching produk detergen “Cheer” dengan memberikan potongan harga. Namun di
Jepang, dengan memberikan potongan harga di awal launching, akan sulit sekali
untuk menaikkan harga produk tersebut kedepannya. Selain itu, dengan pemberian
potongan harga, membuat reputasi produk tersebut rendah. Selain itu, mayoritas
ibu rumah tangga akan membeli keperluan rumah tangga seperti detergen di
warung-warung kecil sekitar rumah. Pedagang kecil juag mengeluhkan margin yang
didapat menjadi rendah karena P&G memberikan “Cheer” potongan harga di
retail besar, sehingga mereka harus menyesuaikan harga jual. Selain itu,
kemasan “Cheer” yang tidak praktis dan terlalu memakan tempat membuat pedagang
kecil enggan menyediakan “Cheer” di warung-warung mereka. Akibatnya pemasaran
menjadi terhambat.
Hal
ini terjadi karena P&G kurang memiliki pengetahuan mengenai budaya bisnis
di Jepang. Baru 8 tahun kemudian setelah kesulitan yang dihadapi P&G
terhadap produk “Cheer”, P&G kembali memasuki pasar sabun dan dalam waktu
hanya dua tahun kemudian, P&G telah memegang 20% pangsa pasar sabun di
Jepang. Bagaimana bisa? P&G melakukan riset pasar mengenai kebutuhan
detergen bagi ibu-ibu rumah tangga di Jepang. P&G memperbaiki kualitas,
memperbaiki kemasan menjadi lebih praktis dan tidak memakan tempat untuk di
display. P&G juga memperhatikan harga yang ditawarkan sehingga pedagang
kecil di warung juga dapat memperoleh margin yang lebih besar. Produk tersebut
bukan lagi “Cheer”, P&G melaunching produk detergen baru, yaitu “Joy”.
DAFTAR PUSTAKA
Dokumen
Indonesia, Faktor Sosiokultural Pada Praktik Bisnis Internasional, https://dokumen.tips/documents/faktor-sosiokultural-pada-praktik-bisnis-international.html
, 15 Desember 2015.
Setiawan,
KEKUATAN-KEKUATAN SOSIOKULTURAL, http://datakuliah.blogspot.com/2009/10/kekuatan-kekuatan-sosiokultural-sebuah.html
, 30 Oktober 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar